MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA 3 DIMENSI


 MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA 3D
A.    Pengertian Media Pembelajaran
 Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010: 3).
 Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996: 5). Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media 4 5 pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 123). Media dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran.

B.     Fungsi Media Pembelajaran
Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010:15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya. Maksudnya: bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan betapa pentingnya media pemebelajaran karena media pemebelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid danmemperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Levie dan Lentsz (1982) yang dikutip Hujair AH. Sanaky (2009: 6), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi Kognitif, Fungsi Kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan 7 perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak disenangi oleh mereka sehingga merekatidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi perkuliahan semakin besar.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
C.    Pengertian Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Istlah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar (Azhar Arsyad (2003:3). Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut Nandang dan Dede (2013:205), media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Menurut Sri Anitah (2012:5), mengemukakan pendapatnya bahwa media merupakan segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.
Media pendidikan merupakan bagian integral dari pembelajaran sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih bermutu. Karena itu, media pendidikan disebut juga media intruksional. Media pembelajaran yang merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiataan pembelajaran serta penunjang pendidikan dan pelatihan tentunya perlu mendapat perhatian tersendiri (Mukhtar, 2003 : 104). Namun media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi halhal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
Suatu proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal apabila tidak didukung oleh media sebagai sarana untuk memudahkan seorang guru untuk berinteraksi dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim, 1995:7).
Media tiga dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat terwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda Asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak memungkinkan dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif (Daryanto,2010:29).
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media tiga dimensi merupakan alat peraga dimana membantu guru untuk menyampaikan pelajaran terhadap siswa dengan menggunakan benda- benda tiruan dimana alat tersebut dapat diraba dan dilihat atau tidak abstrak.
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran tiga dimensi merupakan sekelompok media yang berwujud benda asli baik hidup maupun benda mati yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.
D.    Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi
 Setiap jenis media memiliki jenis dan karakteristik masingmasing begitu juga pada media tiga dimensi. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Dalam bukunya Nana Sudjana yang dikutip Asrotun mengatakan media tiga dimensi memiliki lima model, yakni:
1)       Model Padat (solid model)
Yaitu memperlihatkan bagian permukaan luar dari pada objek dan sering kali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna dan susunannya. Contoh model padat yaitu boneka, bendera, bola, anatomi manusia. Guna model padat untuk membantu dan melayani para siswa sebagai informasi berbagai pengetahuan agar siswa lebih paham dalam pelajaran.
2)      Model penampang (cuteway model)
 Yaitu memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Model ini berguna untuk mata pelajaran biologi, karena berfungsi untuk mengganti objek sesungguhnya. Model penampang dibuat dengan beberapa alasan yang antara lain benda aslinya tertutup dan terlalu besar atau terlalu kecil, misalnya gunung berapi, sedang murid memerlukan penjelasan tentang struk-tur bagian dalamnya.
3)      Model kerja (working model)
            Yaitu tiruan dari objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli. Gunanya untuk memperjelas dalam pemberian materi kepada siswa. Beberapa contoh model kerja adalah : alat-alat matematika: mistar-sorong, busur derajat.Peralatan musik: biola, seruling, terompet, piano, tamburin.
4)      Model Mock-ups
            Yaitu penyederhanaan susunan bagian pokok dan suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Guru menggunakan mock-up untuk memperlihatkan bentuk berbagai objek nyata seperti kondensator-kondensator, lampu-lampu tabung,serta pengeras suara, lambang-lambang yang berbeda dengan apa yang tertera di dalam diagram.
5)      Model Diorama
 Yaitu sebuah pemandangan 3 dimensi mini bertujuan menggambarkan pemandangan sebenarnya. Contoh: Diorama di bagian bawah Monas Jakarta (Asrotun,2014:17). Adapaun dalam penelitian ini menggunakan media tiga dimensi berjenis model padat yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Ø  Praktis dalam penggunaannya
Ø   Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu
Ø   Melibatkan siswa dalam penggunaannya
Ø   Pesan yang sama dapat disebarkan kepada siswa secara serentak
Ø   Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera
Penggunaan model padat media tiga dimensi pembelajaran fiqih pada siswa sekolah menengah atas memiliki manfaat yang sangat baik bagi perkembangan motorik siswa, karena siswa dapat berinteraksi langsung mengenai materi perawatan jenazah yang sedang dibahas, dan dapat memegang benda yang dimaksud untuk menggunakan langsung untuk praktik. Selain itu unsur warna yang melekat pada media tiga dimensi itu juga dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mempelajari materi perawatan jenazah yang berkaitan dengan media tiga dimensi secara khusus dan pelajaran fiqih pada umumnya.
E.     Tujuan Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu:   
1)      Mempermudah proses belajar mengajar.
2)      Meningkatkan efisiensi belajar mengajar.
3)      Menjaga relevansi dengan tujuan belajar.
4)      Membantu konsentrasi peserta didik.
5)      Menumbuhkan minat belajar peserta didik (Nandang dan Dede, 2013 : 208).

Sedangkan Tujuan media sederhana tiga dimensi, sebagai berikut :
1)      Memberikan pengalaman secara langsung.
2)      Penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme.
3)       Dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya.
4)       Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
5)       Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.
Selain memiliki tujuan media tiga dimensi juga mempunyai kelemahan yaitu tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyampaiannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit (Daryanto, 2010:29).
Jadi dengan adanya media tiga dimensi akan memudahkan guru maupun siswa dalam melakukan pengamatan serta praktek yang berkaitan dengan pembelajaran fiqih secara konkrit, sehingga kemampuan dalam bidang keagamaan akan meningkat.
F.     Manfaat Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Dalam proses belajar mengajar media dan fasilitas sekolah dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2012:92).
Wina Sanjaya, (2009:165-168), Edgar Dale mengemukakan pengalaman belajar seperti yang digambarkan dalam bentuk kerucut, disebut “kerucut pengalaman”. Adapun uraian dari “kerucut pengalaman” adalah sebagai berikut :
1)      Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara.
2)      Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperolah melalui benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya. Pengalaman tiruan sudah bukan pengalaman langsung lagi sebab objek yang dipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya, melainkan benda tiruan yang menyerupai benda asli.
3)      Pengalaman melalui drama, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kondisi dan situasi yang diciptakan melalui drama (Peragaan) dengan menggunakan skenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Walaupun siswa tidak mengalami secara langsung terhadap kejadian, namun melalui drama, siswa akan lebih menghayati berbagai peran yang disungguhkan. Tujuan belajar melalui drama ini agar siswa memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret.
4)       Pengalaman melalui demonstrasi adalah teknik penyampaian informasi melalui peragaan. Kalau dalam drama siswa terlibat secara langsung dalam masalah yang dipelajari walaupun bukan dalam situasi nyata, maka pengalaman melalui demonstrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.
5)       Pengalaman wisata, yaitu pengalamaan yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.
6)       Pengalaman melalui pameran. Pameran adalah usaha untuk menunjukkan hasil karya. Melalui pameran siswa dapat mengamati hal-hal yang ingin dipelajari seperti karya seni baik seni tulis, seni pahat, atau benda-benda bersejarah, dan hasil teknologi modern dengan berbagai cara kerjanya. Pameran lebih abstrak sifatnya dibandingkan dengan wisata, sebab pengalaman yang diperoleh hanya terbatas pada kegiatan mangamati wujud benda itu sendiri. Namun demikian, untuk memperoleh wawasan, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pemandu dan membaca booklet yang disediakan peyelenggara.
7)      Pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televisi merupakan perantara. Melalui televisi siswa dapat menyaksikan berbagai peristiwa yang ditayangkan dari jarak jauh sesuai dengan program yang dirancang.
8)      Pengalaman melalui gambar hidup dan film. Gambar hidup atau film merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Dengan mengamati film siswa dapat belajar sendiri, walaupun bahan belajarnya terbatas sesuai dengan naskah yang disusun.
9)      Pengalaman melalui radio, tape recorder, dan gambar. Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak dibandingkan pengalaman melalui gambar hidup.
10)  Pengalaman melalui lambang-lambang visual, seperti grafik, gambar, dan bagan. Sebagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. Siswa lebih dapat memahami berbagai perkembangan atau struktur melalui bagan dan lambang visual lainnya.
11)  Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang sifatnya lebih abstrak. Sebab siswa memperoleh pengalaman hanya melalui bahasa baik lisan maupun tulisan. Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar. Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus disertai dengan penggunaan media lainnya.
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan yang diperoleh semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Dari gambaran kerucut pengalaman tersebut, siswa akan lebih konkret memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, melalui benda-benda tiruan, pengalaman melalui drama, demonstrasi, wisata, dan melalui pameran. Hal ini memungkinkan karena siswa dapat secara lansung berhubungan dengan objek yang dipelajari sedangkan siswa akan lebih semakin abstrak memperoleh pengetahuan melalui benda atau alat perantara seperti televisi, gambar hidup/film, radio, tape recorder, lambang visual, dan lambang verbal.
Dari kerangka pengetahuan di atas, maka kedudukan komponen media pengajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua pengalaman belajar  dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.
  Maka yang dimaksud dengan pemanfaatan media pembelajaran disini adalah penggunaan media dalam proses belajar dan mengajar yang berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002:24), menjelaskan media pengajaran mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1)      Membantu memudahkan belajar siswa/mahasiswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru/dosen.
2)      Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkret).
3)      Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).
4)      Semua indera murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indera dapatdiimbangi oleh kekuatan indera lainnya.
5)      Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
6)      Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
 Harjanto (2006 : 243) menjelaskan bahwa media pengajaran dalam proses belajar memiliki beberapa manfaat antara lain :
1)       Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pelajaran dengan baik.
2)      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-matakomunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
3)      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena siswa tidak sekedar mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan lain-lain.
4)      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
Semua nilai manfaat yang telah diuraikan diatas, jika dikaitkan dengan media pembelajaran tiga dimensi yang diteliti adalah sebagai berikut :
1)      Melakukan praktek secara langsung kepada obyek atau materi yang akan dipelajari dan diteliti, seperti pada materi haji dan umrah, pengurusan jenazah, dan khulafaurrasyidin.
2)      Membuat peta konsep agar mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Seperti pada materi sumber-sumber hukum islam, hikmah shalat, puasa, dan hikmah meneladani sifat khulafaurrasyidin.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat media pembelajaran tiga dimensi antara lain :
1)      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2)      Memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung.
3)      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
4)       Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena siswa tidaksekedar mendengarkan uraian guru, tetapi juga mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan bahan-bahan pelajaran yang sedang dihadapi.

Komentar

Postingan Populer